Dulu, di masa-masa awal saya menjajaki agama Hindu, seorang teman berkata “ Dalam ajaran Hindu tidak ada istilah kafir atau murtad, seandainya seseorang keluar dari agama Hindu, bukan berarti dia masuk neraka”. Saya amat girang mndengar pernyataannya, saya pikir “Wow saya tidak menemukan kalimat-kalimat ancaman dlm agama ini. Mulia sekali. Damaaai…”.
Teman, kesalahan umum umat Hindu adalah mengartikan sloka/mantra yang bersifat toleran dengan makna yang dangkal. Mantra/sloka yang mestinya mengajarkan kita menjadi manusia yang menyadari kemajemukan telah ditafsirkan dengan persepsi yang salah. Hal ini telah menjadi bumerang bagi umat Hindu sendiri. Kesetiaan beragama menjadi terkikis dan mudah ditukar, dengan asumsi “semua jalan sama”. Jadi, ketika seorang Hindu dengan persepsi seperti ini dihadapkan pada pilihan antara sebuah keinginan besar dengan taruhan ke-Hinduan-nya, so what, mengapa harus susah-susah mempertahankan sraddha? Toh mau beragama ini itu, tujuannya sama-sama menuju Tuhan.
Oke, sekarang tidak perlu membahas bagaimana kesalahan ini telah melekat selama sekian generasi, hingga banyak sekali kasus konversi yang terjadi dalam masyarakat kita. Yang terpenting adalah bagaimana untuk mulai mengatasinya. Masalah konversi, penghinaan, pen-diskredit-an umat, dll, sudah menjadi penyakit kronis yang menggerogoti eksistensi umat Hindu dimanapun berada. Sudah bukan rahasia lagi kalau umat Hindu ( notabene Bali ) cuma menjalankan agamanya sampai tingkat mebanten, upacara dan upakara. Teologinya lemah, brahmavidya-nya nol, tattva-nya ga ngerti. Nak mule keto gitu..
By the way, ijinkan saya ber-intermezzo dengan menceritakan sesuatu yang terjadi pada seorang teman. Dia anak cowok satu-satunya dalam keluarga, kaya raya, ganteng, dan dia tinggalkan itu smua demi menikah dengan ceweknya yg non-hindu. Dengan ’murtad’nya dia, otomatis dia dianggap keluar dari kawitan, trah keluarga ini pun putus sampai disitu. Semua aset kekayaannya ditarik dan barangkali dia sudah dianggap mati.. Melihat peristiwa ini, otak kriminal saya tergelitik dan mulai memikirkan hal-hal aneh. Bagaimana jika saya bunuh gadisnya dan kita lihat reaksi si cowok? Apakah dia akan bertahan dalam agama mendiang istri, atau dia akan merengek minta pulang kepada keluarganya? Saya cekikikan dalam hati lalu segera menghapus ide brilian itu dari pikiran saya.
Konversi melalui pernikahan adalah kasus yang paling umum terjadi dalam pasangan beda agama. Banyak kejadian dimana pihak Hindu yang mengalah dan mengikuti agama pasangannya. Mungkin salah satunya untuk menghindari konflik, atau mungkin karena ”semua agama sama saja”? Nah, sebenarnya dibalik ide sinting tadi, saya ingin ajukan pertanyaan pada Anda semua, terutama bagi Anda yang berniat mengikuti jejak teman saya itu, ”Jika Anda tinggalkan keHinduan Anda demi memenuhi suatu keinginan, lantas yg telah Anda dapatkan itu diambil kembali oleh-Nya, apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan bertahan, dengan rasa hampa yang menusuk hati, atau Anda akan pulang, dengan membawa rasa kehilangan yang sia-sia dan harga diri yang hancur lebur?” Apa sebenarnya yang tertinggal dari semua itu? MALU!!
Ini hanya satu contoh tipe kasus. Banyak hal yang bisa menyebabkan konversi. Tapi jika benar-benar ditelisik dari sumbernya, pasti akan kembali pada mental umat Hindu itu sendiri. Orang bisa saja merombeng kalung warisan miliknya ke pasar loak karena dia pikir kalung itu murah, padahal sebenarnya itu kalung emas. Orang bisa saja mengira kerikil yang ia pegang adalah batu, padahal setelah digosok ternyata itu intan. Orang Hindu bisa saja berpikir agamanya kuno, tidak logis atau identik dengan wayang, padahal jika dipelajari, ia akan membuat Anda terkejut. Orang Hindu belum memiliki kebanggaan terhadap keunggulan ajarannya. Karena apa? Karena tidak tahu. Bagaimana supaya tahu? Banyak baca, banyak diskusi dengan orang yang lebih tahu dan cobalah untuk berani membandingkan pokok-pokok ajaran antar agama. Bukan untuk menumbuhkan kebencian atau provokasi dalam hati kita, tapi lebih supaya kita bisa melihat dimana keunggulan Hindu sebagai Sanatana Dharma, ajaran kebenaran abadi, ajaran induk dari semua ajaran, dibanding ajaran-ajaran lain.
Sudahkah menemukan passionmu?
Passion, artinya gairah, melambangkan kecintaan dan semangat. Dengan menemukan passion itu, kebanggaan diri sebagai penganut Dharma akan muncul. Sehingga tumbuh kemampuan untuk menempatkan fanatisme dan toleransi dalam porsi yang tepat. Saya melihat Hindu sebagai ajaran yang mampu menjawab semua pertanyaan. Inilah passion saya. Hindu seperti hutan belantara yang menyimpan banyak hal di dalamnya, apapun yang kita cari pasti ketemu, meskipun untuk menembus hutan belantara tidaklah mudah. Saya pun, harus nyemplung comberan dulu baru bisa bertemu dengan ajaran Hindu. Ketika saya protes pada Tuhan tentang nasib teman-teman saya sesama kriminal, anak jalanan, pengguna psikotropika, pekerja seks, kaum transgender, dll, konsep karma dan punarbhawa menjawabnya sehingga membuat hati saya tenteram. Ketika saya bertanya, ”Benarkah Tuhan ada dalam hati saya?” Konsep atman dan paramaatman menjawabnya. Ketika saya bertanya tentang waktu yang terasa kelewat pendek, konsep siklus utpeti, stiti dan pralina mnjawabnya.
Hindu ajaran yang hebat. Dulu waktu saya masih sekolah, saya merenung sambil memandangi bintang-bintang, alam semesta ini begitu luas. Tidak menutup kemungkinan, di ujung galaksi Bimasakti sana ada bumi yang lain. Ada milyaran galaksi dan menurut teori, jarak antar galaksi semakin menjauh, semesta semakin lebar, semakin luas seolah tak bertepi. Jika Allah, di bumi hanya mengurusi orang-orang Islam saja, menyelamatkan orang-orang Islam saja dan memandang sebelah mata umat lain, bagaimana Dia mengambil sikap dalam menghadapi alam semesta yang luasnya tak terkira ini? Yang mungkin diisi dengan milyaran bumi-bumi lain? Ternyata, dalam Hindu saya temukan semesta yang lebih luas, lebih banyak, lebih menggetarkan. Maha Visnu menciptakan semesta yg tidak terhingga jumlahnya, tiap satu semesta dikuasai oleh satu Brahma. Maha Visnu masuk dalam tiap semesta sebagai Garbhodakasyi Visnu dan masuk lagi dalam tiap atom sebagai Ksirodakasayi Visnu. Brahma pun bukan hanya Caturmuka Brahma, diatasNya ada Brahma berkepala 8, 16, 32, yang masing-masing memiliki fungsi serta perannya sendiri dalam proses kelangsungan jagat raya. Oh My God!! Itu keren! Seperti inikah Tuhan menciptakan, merasuki dan menjaga alam semesta? Dalam aspek-Nya yang transenden dan imanen? Dia ciptakan banyak semesta, bukan semesta tunggal, tentu Dia tidak akan pilih-pilih terhadap umat-Nya yang majemuk, selama umat-Nya menjalankan dharma dan kebajikan, sebab umat-Nya pun tidak tunggal. Adakah konsep semesta yg lebih luas dari ini?
Hindu akan menjawab passion Anda, jika Anda punya niat untuk mencarinya. Bagi anda yang memiliki ketertarikan terhadap eksakta, lihatlah bagaimana Hindu menempatkan dasar-dasar matematika, fisika, kimia, kedokteran, kosmologi, geologi, dalam pustaka-putaka sucinya. Bagi Anda yang punya ketertarikan terhadap ilmu sosial, perhatikanlah bagaimana Hindu mengatur tatanan masyarakat, etika, budaya, hukum, bahasa, dll. Bagi Anda yang punya ketertarikan terhadap sastra, pelajarilah kidung-kidung Veda yang disusun dalam syair, nyanyian, melodi dan metrum-metrum yang didasarkan pada jumlah suku kata. Bagi Anda yang punya ketertarikan terhadap dunia spiritual, tekuni meditasi, sadhana, samadhi, pelajari pranayama dan 64.000.000 bentuk asana yang merupakan dasar dari yoga. Adakah yang lebih seru dari ini? Saya sendiri masih asyik berpikir tentang bagaimana Hindu berbicara mengenai fisika kuantum dalam konsep panca mahabhuta. Hahahaha... Belajar agama tidak pernah semeriah ini sebelumnya ^_^
Teman, kita semua manusia, pasangan kita pun manusia, makhluk fana yang bisa mati. Harta bisa musnah, pangkat bisa dicopot. Tapi Dharma itu kekal. Maha Brahman telah memberikan benih-benih Dharma dalam setiap jiwa yang terlahir, tinggal bagaimana kita mengolahnya dan menemukan kesenangan dalam menghayati Dharma itu sendiri. Ajaran Hindu begitu luhur, begitu luas, apa yang Anda cari pasti Anda temukan. Maka, berpikirlah seribu kali jika Anda ingin meninggalkan Hindu demi sesuatu yang fana. Berpikirlah seribu kali jika Anda ingin meninggalkan Hindu karena tidak kunjung menemukan mata intan dari ajaran ini. Gali terus, jika sudah Anda temukan, kebanggan dalam jiwa Anda pasti akan tumbuh. Jika rasa bangga ini sudah bisa dibangkitkan dalam skala umat, tidak akan ada lagi orang Hindu yg menjual agamanya. OM Avighnamastu, jadilah umat ini umat yang kecil, namun penuh dengan vitalitas, toleransi aktif, dan pertahanan yang tangguh dalam menghadapi tantangan dari luar.
Sudahkah Anda temukan passion itu, kawan?
Salam hangat selalu ^_^
OM Santih Santih Santih Santih OM.
( Gentha tinggal d mataram n dpt dihubungi d no yg sama )