Brahman bersifat kekal, imanen, tak terbatas, tak berawal dan tak berakhir juga menguasai segala bentuk,ruang, waktu, energi serta jagat raya dan segala isi yang ada didalamnya.
Disebut dengan Brahman sebegai zat / Ruh yang utama. Dan "percikan" kecil yang ada / menjiwai makhlukNya adalah Atman/atma. "Tuhan yang Satu"
Hindu selalu mengajarkan umatnya untuk selalu belajar dan memahami filosifis dari setiap ajarannya. Dengan kata lain, jika kita ingin benar-benar memahami ajaran Sanatana Dharma (hindu), kita dituntut untuk menelaah secara hati-hati dari setiap ajaran Weda. Tidak dapat ditelan secara mentah-mentah yang takutnya akan menimbulkan ksealahpahaman.
Dalam Hindu konsep Tri Murti merupakan tiga pemberian "gelar" / Sifat Brahman (Tuhan YME) karena memiliki Tiga pokok / Sifat utama, yakni Mencipta, Memelihara, Meleburkan :
Dewa Brahma,
gelar ini diindahkan ketika Tuhan sebagai sang maha pencipta.
Dewa Wisnu,
gelar ini diindahkan ketika Tuhan sebagai pemelihara seisi dunia ini
Dewa Siwa,
gelar ini diindahkan ketika Tuhan juga melakukan peleburan dari isi dunia ini
Kata "Dewa" sendiri berasal dari kata "Div" yang berarti Sinar. Dalam hal ini Dewa juga berarti Sinar Suci Tuhan. Jika kita analogikan matahari, maka dari sudut manapun sinarnya dapat kita lihat, tetapi tetaplah satu. Orang barat menyebutnya Sun, Taiyo di Jepang, Dom dalam Spanish, dll. "Brahman bagai Air Terjun, dan Atman bagai setetes air. Setetes air jika kita ambil segelas tetaplah segelas air, meski berasal dari air terjun. Namun meski segelas / setetes air berasal dari Air Terjun, maka Setetes Air tsb tak berhak mengakui dirinya Air Terjun"
analogi lain, Mr.X adalah Seorang Presiden, ketika memimpin negara diberi nama Presiden, oleh rakyatnya. Dipanggil Suami Ketika dianggap sebagai pasangan hudup oleh isternya. Ketika dirumah dipanggil Ayah (oleh anaknya), ketika memiliki cucu dipanggil Kakek (oleh cucunya), ketika yang dipimpinnya merasa bangga, puas akan kepemimpinannya dan cinta maka diberi gelar Bapak pembangunan, Bapak Reformasi dll.. Padahal nama dan orangnya hanya Satu yakni Mr.X Sekali lagi inilah analogi yang sudah barang tentu manusia tak dapat mendefinisikan Tuhan secara pasti.
Di lapangan lebih lucu lagi, ketika analogi semacam ini sering kami diskusikan dengan non-hindu, maka akan muncul komentar-komentar "menyama-nyamakan Tuhan dengan hal-hal tertentu". hmm begitu minikan pemikiran mereka akan filosofi? Padahal sekali lagi ini adalah analogi karena terbatasnya otak manusia.
Dari pemaparan ketiga Dewa / gelar diatas, maka terjadilah banyak pengertian berbeda di tengah maraknya politik saling menjatuhkan antar agama di masyarakat. Jadinya, bagi mereka yang kurang paham, akan menganggap bahwa Hindu memiliki Tiga Tuhan/Tiga Dewa. Sekali lagi kami tegaskan bahwa istilah ketiga dewa tersebut hanyalah gelar yang diberikan oleh orang bijak.
Itulah analogi Tuhan menurut Hindu sangat bijak dengan konsep mendekati maka dari konsep tersebut, ajaran weda tidak akan ada peng-ekslusif-an Tuhan, misal seperti yang sering kita dengar; "hanya Tuhan si agama X yg benar!, selain itu Sesat!", "Tiada Tuhan selain "Y"..!" selain " Z", Hanya Agama X yang paling benar, dan si mr.X adalah pembawa yang terahir dan penyempurna dan bla..bla..bla, maka seolah-olah hakekat agama menjadi sebuah "peng-kasta-an" masyarakat seperti yang banyak terdapat dalam ajaran-ajaran agama yang mengakui dirinya Agama Samawi (agama langit). Disanalah perbedaan dari ajaran Sanatana Dharma yang maha universal ini.
Tuhan harusnya maha bijak, Mengetahui sebatas mana tingkatan spiritualitas ciptaanNya. Tanpa membatasi dengan sebuah Agama tertentu, terlebih mengEkslusifKan satu Tuhan dan Agama saja, toh manusia lainnya adalah ciptaaNya. Maka sungguh tidak komitmen rasanya Tuhan yang menyuruh berpindah ke agama X agama terahir dibawa oleh utusan akhir jaman, agar masuk Sorga. Harusnya ketika Tuhan menciptakan alam semesta ini sudah faham dan Tuhan sudah sangat sempurna untuk menciptakan "Panduannya" juga atau kita kenal dengan istilah religion, atau Hindu menyebutnya dengan "SanatanaDharma".
Janggal rasanya jika hanya dengan menganut agama tertentu, maka akan dijamin mendapat sorga. Hindu pun tak menjamin, namun hindu menuntun setiap manusia untuk wajib berjuang dan berusaha untuk mencapaiNya. Bukan Sorga, tetapi Moksa (penyatuan Atman(roh) dengan Brahman(Tuhan).
Sementara Sorga (svarga) adalah level yang jauuh lebih rendah dari Moksa. Dan lebih kronis lagi agama yang menjanjikan Sorga bahkan tak memiliki istilah/kata Sorga dalam kitabnya, dimana Sorga tadi berasal dari bahasa sansekerta "Svarga" begitu juga dengan istilah Neraka, yang aslinya adalah Naraka dalam sansekerta.
So janganlah mudah tergiur dengan janji-janji Sorga, untuk berpindah keyakinan..
Salam damai..
Divka HD